Sebelas Juni...membawa ingatanku terbang ke satu peristiwa di masa silam. Saat itu tahun 1983. Masih SD aku, atau SMP? Ah, tak penting benar. Aku selalu lupa mencatat biografi ku sendiri yang berhubungan dengan sekolah maupun sekolahan. Seperti umumnya warga negara disebuah negeri yang konon meletakkan Pancasila sebagai dasar bagi negaranya, maka pendidikan (mestinya) menjadi prioritas perhatian pemerintah disamping prioritas-prioritas yang lain.
Dan akupun sempat sekolah juga waktu itu. Namun bukan ini yang hendak aku torehkan dalam catatanku kali ini. Aku hendak menceritakan tentang peristiwa Gerhana Matahari Total yang terjadi pada tahun 1983 itu..Lima tahun sebelum pada hari dan bulan yang sama ditahun 1988, aku terdaftar sebagai salah satu mahasiswa jurusan teater bersama sekitar 30 an temanteman yang lain. Kebanyakan kami adalah lulusan SMA dan sederajat waktu. Ada yang dari jogja seperti Rubiyanto dan Arief Sujar AN, ada yang dari Jawa Timur seperti Antok Agusta, Jumaali Al Hamra serta Heri Dwi Rudi Prasetyo serta Dwi Pristino Feriyanto. Serta tentunya masih banyak lagi.
Angkatan 88 adalah angkatan keempat dari jurusan teater di ISI Yogyakarta setelah angkatan pertama 85. Dan tahun ini genap 20 tahun usia angkatan ini, tanpa ada tandatanda untuk mengadakan sebuah pertemuan kembali semacam kangenkangenan berlabel reuni, misalnya.
Duapuluh tahun bukanlah waktu yang singkat untuk sebuah pertemanan. Kesibukan mungkin memisahkan jarak diantara kami. Kabar kawankawan yang tak jelas lagi rimbanya. Seperti kita maklumi bersama, dunia kesenian tak ubahnya serupa belantara estetik yang menghasilkan spesies yang tumbuh di koloninya masingmasing. Dan dari sekitar 30an kawan seangkatan tak ada sepertiganya yang masih kadang melintas di ingatan, yang lainnya entah kemana.
Saya pribadi, sebetulnya merindukan untuk bisa berkumpul kembali bersama ketigapuluh kawankawan yang karena tugasnya mungkin sudah menyebar kemanamana. Seperti Dhapy Fajar Rahardjo yang sekarang ada di Palangkaraya. Eri Juliadi di Jakarta. Juga Murtono serta Catur Puja Sulistyawan. Ada Abdul Salam di Lampung, serta Anik yang buka warung brongkos di Jln Letjend Suprapto Jogja. Lalu kemana yang lain? Irno Sukarno Putro, Zulkarnain, Nur Yulianto, Tuti Martini serta yang lainnya. Nyonya Leyloor tentu masih di jogja bersama keluarga tapi bagaimana kabar Sugita misalnya. Tikno masih kudengar berjuang ditanah kelahirannya di Demak, tapi bagaimana dengan Agustinus serta yang lainnya.
Kalo ada diantara pembaca blogku yang tau keberadaan kawankawan angkatan 88 jurusan teater, silahkan kabari aku agar rindu yang mengeram dikalbu ini tak lantas membatu.
"...dari pada terbuang di keremangan senja serta nyangkut di sengkarut gulita malam yang pekat serta tersesat di ranjau pagi yang tiada pasti maupun siang yang bimbang dan sore yang semau gue..." -sebilah dari bait-bait yang tak pernah terbit,"Ruang Tanya Jiwa",(CN Graha 1988-2008_selected poem's)-
Labels
- catatan peristiwa (5)
- dimata kawan (1)
- jalanjalan (5)
- naskah drama (1)
- ngobrolin teater (5)
- nonton film (2)
- Seputar Sastra (1)
- stanisvsdeniro (1)
- Story Behind The Song (2)
- Teater di Jogja (4)
- Tulisan Anjing (7)
No comments:
Post a Comment