Salam Budaya,
Salam Kreativitas Tiada Henti
Menindak lanjuti acara ngobrolin teater di Pub Ringan, jalan Petung
22 Papringan Yogyakarta seputar akhir Januari sampai akhir Maret
2007, yang baru lalu, maka saya sebagai salah satu oknum yang
berkenan memungkinkan acara itu ada dan tentu saja tanpa menafikan
peran penting dari beberapa elemen teater yang hadir dan turut
terlibat dalam pembicaraan yang santai dan diiringi taburan aroma
harum kopi itu, maka saya perlu mereview kembali melalui milis kita
ini, beberapa pernyataan saya mengenai "Teater Berbasis Kampus".
Pertama adalah sebuah upaya untuk menghindari pengkutuban yang
sejatinya tidak perlu ada namun cenderung telanjur telah tercipta
tentang dikotomi teater kampus dan non kampus (untuk merujuk pada
komunitas teater yang hidup dan berkembang diluar kampus)
Kenapa saya memilih untuk tidak menggunakan istilah teater kampus
dan non kampus? Semata mengingat dari wacana sejarah teater modern
negeri ini, hampir tidak ada teater (modern) yang sungguh-sungguh
murni terlepas dari pengaruh kehidupan kampus.
Menyebut beberapa nama kelompok teater dinegeri ini yang terlanjur
dikenal, itupun tak lepas dari pengaruh para pengelolanya yang
terdiri atas sekumpulan manusia yang pernah mengenyam pendidikan
ataupun bersentuhan secara langsung maupun tidak dengan kehidupan
kampus.
Sayapun termasuk orang yang sepakat bahwa toleransi yang berlebihan
serta penggunaan bahasa permakluman yang tidak proporsional didalam
menimbang serta menakar kreativitas temen-temen teater kampus,
justru bisa berakibat fatal pada terjadinya pola pengerdilan atas
teater yang berbasis kampus tersebut.
Untuk itu saya mengajak kawan-kawan teater untuk menggairahkan
kembali diskusi usai pentas yang akhir-akhir ini mengalami bukan
saja kelesuan namun yang cukup menggelisahkan adalah kenyataan bahwa
ada sementara komunitas teater (di Jogja) yang menunjukkan sikap
apriori berlebihan serta terjebak dalam "diskusio-phobi" yang
sungguh-sungguh tiada perlu.
Semoga sedikit tegur sapa ini menggugah kita semua khususnya saya,
untuk mampu memperjalankan kehidupan berteater secara lebih sehat
dan manusiawi.
Aku ajak engkau semua sahabat-sahabat teaterku di Jogja ini
seperti :
Teater Gadjah Mada (UGM),
22 Papringan Yogyakarta seputar akhir Januari sampai akhir Maret
2007, yang baru lalu, maka saya sebagai salah satu oknum yang
berkenan memungkinkan acara itu ada dan tentu saja tanpa menafikan
peran penting dari beberapa elemen teater yang hadir dan turut
terlibat dalam pembicaraan yang santai dan diiringi taburan aroma
harum kopi itu, maka saya perlu mereview kembali melalui milis kita
ini, beberapa pernyataan saya mengenai "Teater Berbasis Kampus".
Pertama adalah sebuah upaya untuk menghindari pengkutuban yang
sejatinya tidak perlu ada namun cenderung telanjur telah tercipta
tentang dikotomi teater kampus dan non kampus (untuk merujuk pada
komunitas teater yang hidup dan berkembang diluar kampus)
Kenapa saya memilih untuk tidak menggunakan istilah teater kampus
dan non kampus? Semata mengingat dari wacana sejarah teater modern
negeri ini, hampir tidak ada teater (modern) yang sungguh-sungguh
murni terlepas dari pengaruh kehidupan kampus.
Menyebut beberapa nama kelompok teater dinegeri ini yang terlanjur
dikenal, itupun tak lepas dari pengaruh para pengelolanya yang
terdiri atas sekumpulan manusia yang pernah mengenyam pendidikan
ataupun bersentuhan secara langsung maupun tidak dengan kehidupan
kampus.
Sayapun termasuk orang yang sepakat bahwa toleransi yang berlebihan
serta penggunaan bahasa permakluman yang tidak proporsional didalam
menimbang serta menakar kreativitas temen-temen teater kampus,
justru bisa berakibat fatal pada terjadinya pola pengerdilan atas
teater yang berbasis kampus tersebut.
Untuk itu saya mengajak kawan-kawan teater untuk menggairahkan
kembali diskusi usai pentas yang akhir-akhir ini mengalami bukan
saja kelesuan namun yang cukup menggelisahkan adalah kenyataan bahwa
ada sementara komunitas teater (di Jogja) yang menunjukkan sikap
apriori berlebihan serta terjebak dalam "diskusio-phobi" yang
sungguh-sungguh tiada perlu.
Semoga sedikit tegur sapa ini menggugah kita semua khususnya saya,
untuk mampu memperjalankan kehidupan berteater secara lebih sehat
dan manusiawi.
Aku ajak engkau semua sahabat-sahabat teaterku di Jogja ini
seperti :
Teater Gadjah Mada (UGM),
Teater Eska (UIN Suka),
UNSTRAT (UNY),
Senthir (UNWAMA),
Senthir (UNWAMA),
Dokumen (Widya Mataram),
Lancong (AMPTA),
Seriboe Djendela (Sanata Dharma),
Tuju Gerbang (AKAKOM), Kebon Teboe (STIE YKPN),
24 (AA YKPN),
26 (AMP YKPN),
Lilin (Atma Jaya),
Global (AMA),
Tangga (UMY),
Jurusan Teater ISI,
EX ASDRAFI,
Hijau Daun (INSTIPER),
Kahista (UNPROK),
Klenik (UNCOK),
Klenik (UNCOK),
Apakah (FH UGM),
Rapat (Psikologi UGM),
Terjal (FIB UGM),
Retorika (Filsafat UGM),
Vena (FKH UGM),
Koin (FE UII),
Djemuran (FT UII),
Djemuran (FT UII),
Parkir (Psikologi UII),
Sekrup (FMIPA UNY),
Relung (Jur Bhs Inggris FBS UNY),
Relung (Jur Bhs Inggris FBS UNY),
Ada (FBS UTY),
Neraca (FE UTY),
Lobby Doea (STPMD APMD),
Lobby Doea (STPMD APMD),
Air (STTL),
Bening (STIS),
Seni (UPN),
Soekma (ABA YIPK),
Soekma (ABA YIPK),
Sempat (PPKP UNY)
serta yang lainnya karena keterbatasan daya ingat tak sempat tercatat semua-muanya yang turut mengharumkan Jogja melalui kreativitas... aku kangen kalian!
Salam Manis
Catur Stanis
Salam Manis
Catur Stanis
The President of PARTY
::Pengusung Spanduk bertuliskan "Theatro Ergo Sum"::
::Pengusung Spanduk bertuliskan "Theatro Ergo Sum"::
1 comment:
Tadinya searching "Nicolai Gogol", karena anakku pingin tahu cerita "Sang Inspektur Jenderal" dan aku lupa2 inget jalan ceritanya.
Taunya malah nemu blog ini.
Seneng juga membaca tulisan2 tentang kehidupan teater di yogya, meskipun beritanya udah lama banget, setahun lalu !:-).
Salam dan sukses selalu.
Post a Comment