Friday, March 14, 2008

Obituary



Harihari belakangan ini betapa ritual kematian menjadi serupa rutinitas disekitarku. Tanggal 11 maret lalu, seorang kawan mati di seturan setelah menabrak pohon sepulang dari kafe. 13 maret kemarin kawan yang lain juga dipanggil menghadap keharibaan Ilahi setelah berjuang melawan penyakitnya yang tak tertanggulangi. aku mencium bau hangatnya air mata cinta yang bergulir pelan disesela mata dokter tua itu. Bahkan genggamannya yang gemetar seperti menancapkan sesuatu di ceruk bathinku. aku hanya bisa terdiam.

Saat melayat di Tambakboyo siang itu. kusempatkan diri menengok pusara ibu, bapak serta kakak perempuanku yang berbaring tenang di kompleks pekuburan tak jauh dari perumnas Condongcatur Yogya.
Hanya seutas doa dan beberapa kuntum bunga seadanya yang kutemukan disana sempat kusematkan di mahkota pusara mereka. Semoga kedamaian senantiasa tercipta bagi yang kucinta dan kini bersemayam di alam yang berbeda.
Mengingat mereka, aku jadi teringat pula, pada saatnya nanti akupun akan menyusul seperti mereka.

2 juli 1996, adalah hari dimana bapakku yang renta. Yang telah menghabiskan hampir seluruh hidupnya untuk bekerja, kembali ke hadiratNya. Siang yang panas dan air mata yang mulai mengering. Tak ada kata perpisahan kecuali sesungging senyuman bagi buah keikhlasan dalam pelepasan.

25 desember 1999, ibuku menyusulnya ke alam sana. Guyuran hujan siang itu tak mampu meredakan amuk batinku yang rusuh. Aku seperti disundut kenyataan bahwa segala yang indah tiada pernah abadi. Aku meluberkan air di mata kala itu.

Kemudian 27 oktober 2002, adalah saat bagiku untuk mengucapkan sayonara bagi kakak tercinta, yang telah cukup lama menelan penderitaan dalam hidupnya. Aku hampir yakin dia cukup bahagia disana sebagaimana kakak perempuanku yang lebih dulu meninggalkan hingar dunia di 6 november 1988 (Lima bulan setelah aku kuliah dan empat hari menjelang peringatan detikdetik nongolku di dunia).

Akhirnya, saat kuguratkan catatan ini, aroma kematian masih saja tercium begitu kuat disekelilingku, menguntit siang malamku.

3 comments:

MBAH IM said...

Setiap orang pasti dikejar dan dikelilingi kematian. Berbahagialah orang yang pernah merasa ditinggalkan....
Ia pasti akan membuat catatan manis untuk ditinggalkan kelak...
Salam hangat kawan.

si catur yang stanis said...

Matur nuwun mbah...sorry baru bisa mbales comment nya karena sibuk di ruang nyata..hahaha.

Unknown said...

dan tanggal 9 april 2015 km juga pergi...

tenang disana sayang... miss u soo much