Thursday, February 14, 2008

Kronologis Romantis #1



Selasa, 21 Agustus 2007
, sekitar pukul 19. lebih sedikit waktu itu.
Aku sedang duduk menekuri meja kaca, memelototi kertas yang ada didepanku, menggoreskan beberapa kalimat, mencoret sebagian kata serta memungut kembali yang sempat tercecer. Tanpa kusadari dari arah mana, sebuah suara lembut nan merdu menyapu gendang telingaku.

"Wah, sibuk sekali"
Begitu lembut, dan tangan mungilnya (sengaja) menyentuh pundakku. Sejenak mati rasa. Segera kututup bukuku, menyimak kehadirannya.
"Kok sendirian?" Tanyanya lagi
"Biasa, namanya juga pejalan sunyi. Harus selalu sendirian kayaknya. Lah kamu sendiri?"
"Ehm, nunggu teman"
Beberapa pelayan, salah satu mrongos giginya menggoda.
"Kok ngga sama mas biasanya?"
Dia tersenyum. Dan harus kuakui manis sekali.
Sejenak kukuliti yang terhampar didepan mata, sampai tiba-tiba,..CUT! Ganti adegan berikutnya.
Setelah cowok yang dimaksud para pelayan itu datang. Basabasi sebentar. Nraktir kopi serta berbagi rokok, akhirnya cowok itu pamitan sebentar untuk mengambil sesuatu.
Sesaat setelah cowok itu berlalu. Perempuan di depanku itu sempat melempar senyumnya yang membius memabukkan.
"Kamu pikir aku pacaran dengannya?" Pertanyaan yang datang tiba-tiba dan tiba-tiba saja menggedor bathinku.
Aku diam, tak ambil peduli. Hanya deru nafas yang memburu serta sesungging senyuman diplomatis kusodorkan.
(Mungkin agak susah juga untuk dibayangkan senyuman yang diplomatis itu)
Tak banyak yang kami bincangkan setelah itu. Kecuali menikmati saat indah waktu dia menghabiskan mie telornya.

Rabu, 22 Agustus 2007, masih dalam hitungan waktu hampir sama seperti kemarin, ditempat yang sama tapi dimeja berbeda dengan perempuan yang tak sama pula.
Perempuan itu barusan balik dari KKN di daerah Wonosari, datang ketempat ini buat latihan untuk memperingati 40 hari meninggalnya seorang budayawan jawa.
Tunggu punya tunggu, waktu melaju dipukul dua puluh satu. Tak nampak ada tanda-tanda kehadiran mereka yang latian. Kegelisahan menampak di raut manis itu. Berbeda dengan perempuan yang ngobrol denganku kemarin yang begitu postmo, yang ini agaknya lumayan klasik. Rambutnya terburai membelai pantat. Dan carnya bertutur katapun agak tertata. Bahkan cenderung mriyayeni. Aku sebetulnya agak jengah juga saat menggenggam tangannya. Namun naluri sebagai Don Juan merangsangku untuk akal-akalan memberondongnya dengan pertanyaan nakal.

Kamis, 23 Agustus 2007, sore hari usai retrospeksi di Ruang Seminar, Kulihat Ra bersama Ri duduk di kantin sebelah utara Taman Pintar. Sementara aku lagi asyik menggandeng perempuan lain. (Bener-bener perempuan lain selain dua yang kemarin)
Ah, hidup ini tentu akan sangat indah...kalo saja malamnya aku tak harus kehilangan komunikatorku.

(To Be Continued)

No comments: